Menara.co.id I Jakarta – Viral kisah Ibu Eny dan putranya bernama Tiko tinggal di rumah mewah milik pribadi yang lama terbengkalai. Perjuangan Tiko merawat rumah tersebut selama 12 tahun menerbitkan haru.
Ibu Eny dan Tiko tinggal di rumah mewah di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Disebutkan Ibu Eny diduga mengalami depresi sejak ditinggal suami tahun 2010.
Hal itu yang menyebabkan kondisi rumahnya terbengkalai. Bahkan disebutkan juga, Ibu Eny dan Tiko harus menadahkan air hujan untuk keperluan mandi dan masak.
Tiko merupakan anak semata wayang dari Bu Eny. Mereka berdua bertahan di rumah mewah itu sejak ditinggal sang ayah sejak tahun 2010.
Perjuangan Tiko Rawat Rumah
Selama 12 tahun, Tiko menjaga ibunya dengan segala keterbatasan. Perceraian dan kondisi ekonomi membuat Ibu Eny depresi.
“Mungkin karena kepergian papah dan kondisi yang begitu mendadak kolaps usahanya,” tutur Tiko saat ditemui di rumahnya, Kamis (5/1/2022).
Tiko yang saat ini bekerja sebagai sekuriti perumahan di kawasan tempat tinggalnya menceritakan ibunda dan ayahnya merupakan rekanan dari Departemen Keuangan. Sebelum kondisi ibundanya memburuk, Tiko keliling jualan gorengan.
Setahun setelah ditinggalkan orang tuanya, listrik di rumah ibu Eny diputus. Sementara untuk air bersih, Tiko dan ibunya memanfaatkan pompa air di dekat rumahnya.
Saat ini, Bu Eny sedang menjalani perawatan di rumah sakit (RS).
Akan Dirawat Tiko
Dia mengatakan akan tetap merawat ibundanya di rumah sepulang dari rumah sakit.
“Dirawat jalan nanti rencananya, jadi aku rawat sendiri di rumah,” kata Tiko.
Tiko menuturkan kondisi rumahnya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Damkar sudah bersih-bersih dengan menyemprot debu tebal.
Selain itu, lanjut dia, sejumlah orang membantu untuk kebutuhan rumah. Dia berharap ibundanya bisa segera membaik.
“Jadi nanti ke depannya ada beberapa bantuan ya alhamdulillah dari pihak mana pun yang akan bantu nanti, listrik, air, dan kebutuhan rumah lain nanti ada yang bantu,” tuturnya.
Tiko menerangkan, sejauh ini belum ada niat untuk menjual rumahnya di kawasan Cakung itu. Dia mengatakan rumah yang ditinggalinya saat ini akan tetap dipertahankan.
“Aku tahu Mama mau mempertahankan rumah, jadi aku tetap mempertahankan rumah, untuk niatan jual sampai sekarang nggak ada sama sekali,” kata Tiko.
Tiko mengatakan ada kemungkinan bertahan di rumah yang terbengkalai itu lantaran merupakan peninggalan sang ayah. Untuk kebutuhan hidup, Tiko saat ini bekerja sebagai petugas sekuriti di kawasan rumahnya.
“Nggak ada (niat jual rumah), paling ditempatin lagi,” kata Tiko.
Dibersihkan PSSU
Saat pertama dibersihkan, kondisi rumah mewah Ibu Eny tersebut memprihatinkan.
“Sangat prihatin,” kata Ketua grup zona 6 petugas penanganan prasarana sarana umum (PPSU) Cakung, Usman A Latief, saat ditemui di rumah Bu Eny, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/1/2023).
Selain itu, kata Latief, aroma tidak sedap juga melingkupi rumah tersebut. Ia memaklumi lantaran rumah tersebut tak ditempati selama 12 tahun.
“Ada sih (aroma tidak sedap). Bau kayak rumah yang lama ditinggal,” ujarnya.
Latief menambahkan dari sekian ruangan, kondisi yang paling berantakan adalah dapur. Selain itu, ada juga tumbuhan liar yang berada di rumah tersebut.
“Dapur parah, berserakan. Barang-barangnya. Sekarang udah bersih,” aku dia.
“Rumput sama pohon, di depan rumah,” imbuhnya.
Pihaknya sendiri membersihkan rumah mewah ibu Eny sejak Selasa (3/1). Total ada 9 personel yang bertugas membersihkan rumah bu Eny hari ini.
Para petugas, kata Latief, membersihkan dari bagian depan, dalam hingga lantai atas rumah tersebut.
“Pembersihan semua. Lantai atas, lantai bawah, kamar, teras,” ucapnya.
Cerita Tetangga
Selain itu, diceritakan oleh salah seorang tetangga bernama Fadly Hariadi (45), Ibu Eny menjual perabotannya lewat sepucuk surat. Kemudian surat tersebut disampaikan ke tetangga.
“Jadi gini dia bawa surat. nulis noted. Assalamu’alaikum Ibu Haji. Ini saya butuh beras, saya mau jual pot. Terus yaudah dibantu” kata Fadly pada Kamis (5/1/2023).
“Jadi Tikonya bawa pot ke rumah, bawa hordeng di rumah dijual. Barang-barang dari rumahnya,” imbuhnya.
Fadly tak merinci tahun pasti kejadian tersebut. Namun menurutnya, saat itu Tiko masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Saat itu mungkin Tiko masih SD mau SMP. Yaudah kita bantu. Tapi enggak ke semua warga. Hanya kita kita aja yang memang dianggap dekat,” tambah Fadly.
Ditambahkan olehnya, jika warga juga sempat mendatangi rumah Ibu Eny untuk memberikan bantuan. Namun, warga tak diperbolehkan masuk lantaran kejiwaan Ibu Eny terus menurun.
“Cuma kalau kita nolongin langsung nih bawain dia beras ke rumah. baru buka pintu itu langsung diusir histeris ‘heh dia kamu ngapain itu? mau maling dia itu’ tapi dia enggak pernah mengganggu keluarga di sini,” katanya.
“Itu cuma karena dia enggak ingin ada yang masuk rumah. Dan dia merasa masih mampu, enggak mau dibantu kira-kira gitu lah secara umumnya,” tambahnya.
(Sumber:Detik.com)