Menara.co.id I Jakarta – Perhelatan Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar sejak 20 November – 18 Desember 2022, tinggal menghitung hari. Piala Dunia telah dimulai sejak tahun 1930, dan untuk pertama kalinya, negara di Timur Tengah menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Kesempatan ini merupakan suatu hal yang positif untuk menunjukkan ke dunia bahwa negara-negara di Timur Tengah terbuka untuk dunia. “Turnamen ini juga merupakan kesempatan bagi Qatar dan seluruh kawasan Teluk untuk memperlihatkan diri kepada dunia dengan cara lain dan menyingkirkan beberapa prasangka yang sayangnya ada,” ungkap Gianni Infantino, Presiden FIFA, dikutip dari laman resmi FIFA.
Biasanya menjelang perhelatan ajang olahraga terbesar di dunia ini, suasana semarak sudah terasa di berbagai momen. Lagu sebagai pengiring Piala Dunia juga sudah diciptakan oleh musisi internasional dan diputar di berbagai plarfrom media untuk memarakkan suasana Piala Dunia, seperti lagu Waka-Waka (Shakira) untuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, We Are One (Pitbull) untuk Piala Dunia 2014 di Brazil dan lagu-lagu lainnya.
Namun, Piala Dunia kali ini tidak semarak seperti biasanya. Lagu-lagu yang biasanya sudah diputar di berbagai media seperti radio, televisi dan media lainnya jarang terdengar.
Hal ini bukan tanpa alasan, kurangnya antusias terhadap Piala Dunia 2022 ini karena adanya isu korupsi dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah, isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam pelaksanaan pembangunan infrastrukur untuk mendukung persiapan Qatar menjadi tuan rumah serta isu cuaca yang tidak mendukung.
Berdasarkan informasi yang dihimpun menara.co.id, Qatar diduga menyuap anggota komite eksekutif (Exco) untuk memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. “Jadi, 1,5 juta Dollar ditawarkan kepada setiap anggota Exco malam itu sebagai ganti suara mereka,” ungkap Phaedra Almajid, mantan International Media Officer Qatar, dikutip dari dokumenter FIFA Uncovered. Bahkan pada tahun 2015, lembaga penyidik federal Amerika Serikat, FBI, menangkap puluhan petinggi FIFA yang terlibat kasus suap.
Berbagai media seperti The Guardian juga merilis laporan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Qatar selama persiapan Piala Dunia 2022. Dalam laporan tersebut, ribuan pekerja migran meninggal dunia selama membangun stadion dan infrastruktur pendukung Piala Dunia 2022. Hal membuat banyaknya protes dan penolakan dari berbagai pihak kepada Qatar selaku tuan rumah Piala Dunia.
Faktor cuaca juga turut mempengaruhi pelaksanaan Piala Dunia di Qatar. Biasanya Piala Dunia dilaksanakan pada pertengahan tahun yaitu Juni-Juli. Namun, mengingat kondisi panasnya cuaca di Qatar, ajang perhelatan yang paling dinanti oleh seluruh dunia tersebut, terpaksa di undur pada akhir tahun, yaitu November-Desember. Pada bulan Juni-Juli, suhu di Qatar berada di rata-rata 41 derajat Celcius. Suhu ini tidak memungkinkan untuk melaksanakan olahraga di ruang terbuka seperti sepak bola.
Namun terlepas dari berbagai kontroversi pada perhelatan Piala Dunia di Qatar, ajang olahraga sepakbola yang paling diminati di dunia ini masih tetap layak untuk disaksikan, karena olahraga sepakbola sejatinya alat untuk membawa pesan perdamaian. (FS)