Menara.co.id, Infrastrukur pasar Sri Gading yang berada di jantung kota Air Molek, Pasir Penyu, Kab Inhu, Riau semenjak peristiwa naas kebakaran tahun 2010 silam, belum dibangun kembali sebagaimana yang diharapkan warga pasar tersebut.
“Namun demikian sentra urat nadi pasar tradisional rakyat tersebut 13 tahun pasca terbakar ternyata belum disentuh kue pembangunan dari APBD Inhu atau dana sharing dari APBD Provinsi maupun APBN pusat.” kata Hatta Munir Tokoh Masyarkat Air Molek, Minggu (22/1)
Dikatakan dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat seirama dengan tingginya daya kebutuhan warga sekitar yang mesti didapatkan di pusat perbelanjaan pasar di Air Molek.
“Karenanya dengan kebutuhan material skunder dan primer naik pemerintah daerah sudah sewajarnya mempersiapkan infrastuktur pasar yang memadai di Air Molek dengan merenovasi fisik bangunan pasar yang terpanggang Sri Gading sebagai dambaan warga pasar” harap Hatta dengan Ajo warga pasar Sri Gading.
Disebutkan kondisi pasa komplek pasar walau tidak sempurna karena bekas pangganga si jago merah kala itu, tetapi antusias warga lebih kurang ratusan para pedang kecil tetap nekat mengadu nasib di fasilitasi pasar milik Pemkab Inhu itu.
“Kami tidak ada pilihan lain harus tetap mengadu nasib dengan berjualan dagangan sembako kebutuhan keseharian warga sekitar. Dan kami hanya pasrah menggantungkan hidup dibawah puing-puing bekas panggangan api ini”, imbuh Ajo
Warga pasar kecewa dan menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah daerah sejak terpanggang pasar Sri Gading dengan waktu lama, juga kepada badan legislator DPRD Inhu yang tidak pernah nyata memperjuangkan hak dimana pusat pasar Sri Gading adalah lapangan kerja para pedagang namun diabaikan saja.
“Anehanya sudah tidak dibangun, tetapi pajak reterbusi pasar setiap hari di tagih lunas dengan angka yang variatif kepada kami pedangang sebagai korban kebakaran yang aktif terus beraktifitas dagang disini”, imbuh Hatta menirukan Ajo dan Herlin di Sri Gading
Selain belum dibangun juga menyangkut sampah menjadi dilema pasar, dimana selalu menumpuk di Sri Gading denga bau tak sedap aroma busuk agar menjadi perhatian serius para pejabat publik pemerintah daerah dan kecamatan sampai kelurahan agar sampah yang menumpuk lama dikendalikan segera ke TPS yang telah disiapkan pemerintah.
“Jangan para pesagang dibutukan hanya sebatas musim Pileg, Pilbup dan Wabup atau Pilgub dan Wagub saja kawan” tandas Hatta
Yg anehnya ketika menjelang pesta demokrasi Pemilu tiba, para kandidat Atua para calon pejabat publiknya mendatangi pasar melihat kondisi pasar dgn membagi- bagikan sembako segala, sembari berjanji pasrah Air Molek segara dibangun kelak jika kami terpilih.
“Setelah usai pemilu mereka yang terpilih walau Hatta tidak sebut nama yang menang di TPS pasar Sri Gading sekitarnya sesuai keputusan TPS/KPPS dan KPU satu pun yang menang itu tidak ada yg memperjuangankan kembali pembangunan pasar Sri Gading sebagaimana yang dijanjikan awal sebelum Pemilu”, tutur Hatta
Jangankan untuk membangunan pasar Sri Gading kebanggaan warga Air Molek memasuki area pasar sekalipun tidak pernah lagi, karena apakah takut ditanya janji- janjinya. Mereka yang duduk disinggah sana tidak lagi mau memperhatikan nasib pedang kecil (Wong Cilik) yang berprofesi sebagai pedagang emperan di bawah puing -puing bangunan yang terpanggang hebat di masa itum
“Para pedangang kecil tempatan menjadi harapan agar supaya segera diproritaskan membangun kembali pasar Sri Gading aset daerah bukan untuk di telantarkan setelah musibah karna telah cukup lama terabaikan pembangunannya agar menjadi perhatian pemerintah daerah dalam tahun 2023 ini”, tutup Hatta dengan ratusan pedagang. (Tamb)