Menara.co.id, Indragiri Hulu- Diminta kepada Bupati Inhu, Dinas LH agar segera mencabut izin lokasi penumpukan (Stockpile) batubara yang dijadikan lokasi di desa Candirejo, Air Molek Pasir Penyu.
Pasalnya area penumpukan batubara tersebut dinilai tidak layak dan mencemarkan pada lingkungan sekitar karena berada dititik tengah kota Air Molek yang padat penduduk dan percis di depan gedung Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STAI) Air Molek
“Tumpukan batubara sudah meresahkan masyarakat dan para mahasiswa/i STAI, dipertanyakan ada apa kepentingan Kepala Desa dan Camat Pasir Penyu nekat merekomdasikan kepada pemerintah daerah agar penumpukan batubara di izinkan lokasinya di Candirejo”, tandas Hatta Munir Ketua LSM Ber-Nas Inhu Riau curiga, Senin (3/4)
“Tolong pak pak Kades dan Camat dipikirkan nasib lingkungan masyarakat yang kini terganggu akibat debu dan limbah kotor batubara dikala musim hujan merembes pada pemukiman penduduk bahkan berdampak ada bau aroma tak sedap akibat penguapan dari bahan beracun yang mungkin terkontaminasi dengan batubara tersebut”, sambung Hatta
Dikatakan seperti diketahui selama ini tidak cukup jalan provinsi ruas jalan Peranap, jalan Elak Air Molek, jalan Kuala Cenaku, dihancurkan oleh ratusan kendaraan truk odol tambang batubara secara bebas. Kemudian diresahkan lagi dengan penumpukan batubara secara paksa di desa Candirejo yang berlokasi di pinggiran Jala Elak Air Molek.
“Anehnya sudah meresahkan tetapi masih direkom desa, camat dan disetujui oleh pemerintah daerah”, protes Hatts
“Lokasi harus dicabut izinnya dengan mempertimbangkan aturan dampak lingkungan apakah layak berada di lokasi yang tidak berjarak dengan permukiman penduduk. Jelas tidak layak, warga sekitar bisa berdampak buruk pada kesehatan, apalagi berada di pusat lokasi Study STAI”, paparnya
Bukan saja lingkungan udara yang tebal debu juga penumpukan batubara itu akan menimbulkan limbah kotor dikala hujan turun membuat aliran air parit sekitar menghitam tak biasanya.
“Bahkan akibat aktifitas yang terpusat di lokasi penumpukan itu telah membuat brisik dan bising dengan mesin alat berat, mobilisasi truk yang menyala mengganggu keheningan lingkungan selama ini”, pungkas Hatta. (Tb/Js/Fs)