Menara.co.id -Isu kawin cerai di kalangan artis belakangan ini membuat kita berpikir, apa yang menyebabkan rumah tangga bisa berpisah secepat itu? Ada yang baru seumur jagung sudah cerai, malah ada yang hitungan hari sudah merasa tidak cocok.
Dilansir Menara.co.id kutipan Lombok Insider dari IG seputar parenting dan IG Saiful Islam, yang membahas tentang langgengnya rumah tangga, ada beberapa hal selain komunikasi yang bisa menyebabkan rumah tangga bertahan menghadapi badai.
Masalah komunikasi seringkali dikambinghitamkan atau malah diagung-agungkan sebagai penyebab rumah tangga rusak atau malah awet. Berapa kali suda kita mendengar keluhan atau curhat pasangan suami istri (pasutri) yang mengeluhkan pasangannya yang kurang mendengar, kurang bicara. Pendeknya, kurang komunikasi.
Benarkah demikian?
Ternyata tidak. Komunikasi memang memegang peranan penting dalam kehidupan rumah tangga pasutri. Namun ada yang lebih penting daripada sekedar jago komunikasi. Setidaknya demikian menurut Mark Manson. Siapakah dia? Mark Manson adalah seorang penulis buku-buku self-help dan blogger yang cukup terkenal. Ada empat buku yang sudah dia tulis, termasuk ada yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan laku keras seperti: Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
Nah, menurut Kang Mark, berdasarkan riset yang ia lakukan, bukan cuma itu. Ketika Mark baru menikah, ia meminta nasehat pada ratusan ribu followernya tentang bagaimana membangun rumah tangga yang bahagia. Dan gara-gara risetnya itu si Mark diwawancara khusus oleh media internasional, Business Insider.
Ada sekira 1,500 pasangan yang merespon dan memberikan nasehat. Ternyata nasehat yang datang bukan hanya dari orang yang sukses menjaga rumah tangganya selama selama belasan atau puluhan tahun, tetapi juga dari mereka yang sudah bercerai.
Jadi nasehatnya lengkap. Bukan hanya “Do”s-nya saja tetapi juga “Don’t’-nya. Sebelum mengolah datanya, awalnya Mark memiliki hipotesa lebih dulu bahwa masukan yang paling banyak adalah berkomunikasi dengan pasangan. Komunikasi adalah biangnya. Sukses bertahan atau gagal dan berpisah.
Tapi setelah semua data diolah, diapun terkejut, karena ternyata KOMUNIKASI bukanlah masalahnya. Karena ia menemukan fakta ada pasangan-pasangan yang komunikasi biasa saja, tidak terlalu intens dan bukan dengan bahasa yang superhalus dan romantis juga, tapi rumahtangga-nya baik-baik saja dan bahagia.
Dan satu kata kunci yang selalu ada di setiap rumah tangga yang awet dan langgeng itu adalah RESPECT. Ya, respek adalah kata kuncinya.
Tapi setelah semua data diolah, diapun terkejut, karena ternyata KOMUNIKASI bukanlah masalahnya. Karena ia menemukan fakta ada pasangan-pasangan yang komunikasi biasa saja, tidak terlalu intens dan bukan dengan bahasa yang superhalus dan romantis juga, tapi rumahtangga-nya baik-baik saja dan bahagia.
Dan satu kata kunci yang selalu ada di setiap rumah tangga yang awet dan langgeng itu adalah RESPECT. Ya, respek adalah kata kuncinya.
Arti respek adalah saling menghormati satu sama lain. Respek adalah mengesampingkan ego masing-masing. Respek adalah mau mendengarkan dan menahan diri ketika berbicara.
Kalau versinya Stephen Covey, respek itu “Seek to understand than to be understood.” Berusaha untuk memahami situasi terlebih dahulu daripada menuntut untuk dipahami.
Bahkan ketika pasangan kita salah bicara, atau dengan intonasi tinggi, kita tidak gampang terpancing. Karena di benak kita akan muncul pertanyaans eperti ini. “Kenapa dia jadi seperti ini ya? Nggak biasanya lah. pasti ada sebabnya.”
Baik di rumah tangga maupun di tempat kerja, hal yang sama akan berlaku. Hubungan atasan bawahan, antar teman kerja itu bisa harmonis kalau ada respek ini.
Jika ada pihak ketiga yang gak jago komunikasipun, kita yang punya inisiatif menggali dan memahami situasi. Jadi, ujungnya tetap baik satu sama lain. Nah bagaimana dengan Anda? Jadi jangan sebel ya bila punya pasangan pendiam. Selama masih saling respek, selalu ada harpan untuk memperoleh rumahtangga yang bertahan lama dan bahagia. Amin.***