Menara.co.id, Indragiri Hulu – Mendengar kabar Gubernur Prov Riau Syamsuar besok Minggu (29/1) akan meresmikan jalan jalur dua pasar Sei Lala menuai kritik konstruktif dari Hatta Munir sebagai penasehat Forum Pemantau Aset Negara (F-PAN), Inhu Riau Indonesia.
“Kegiatan peresmian jalan jalur dua pasar Sei Lala oleh Syamsuar dinilai hanya serimonial belaka tidak berdampak signifikan, karena ratusan truk raksasa odol batubara, kayu dan tangki Cruid Palm Oil (CPO) masih tetap merajalela dan hilir mudik yang ditengarai sebagai biang kerok perusak jalan lintas tengah Japura-Peranap dan Rengat- Kwala Cenaku”, kritik Hatta rasional
Dikatakan sinyal Syamsuar ke Inhu besok ditandai dengan adanya aktifitas perbaikan ruas jalan lintas tengah mulai dari ruas jalan elak Air Molek, Simpang Batu Gajah sampai lewat pasar Lala.
“Tidak seperti biasanya sepi dengan perbaikan. Di dua hari terakhir ini PUPR Prov menyibukkan diri tiba-tiba dengan melakukan perbaikan jalan menuju pasar Lala yang seolah untuk kepentingan sesaat hanya dikala petinggi Riau saja berkunjung ke Lala baru dapat sentuhan bukan untuk kepentingan umum secara permanen”, jelas Hatta
Disebutkan kondisi infrastuktur jalan jalur dua pasar Lala dibangun tahun 2017 silam, dan kemudian di dua tahun terakhir pasca angkutan batubara beraktifitas dengan leluasa tanpa ada pencegahan dari Gubri Syamsuar membuat jalan provinsi lintas tengah Japura, Peranap termasuk Lala dan Rengat, Kwala Cenaku hancur parah digilas roda ratusan truk yang over loading/dimention (Odol) saban hari dalam 24 jam.
Lalu kemudian kata Hatta dilaksanakan lagi perbaikan jalan di pasar Lala pinggiran jalan lintas tengah dengan anggaran APBD Prov 2023, kategori pekerjaan pengasapalan kembali dianggap lanjut Hatta adalah sebuah pekerjaan yang sia-sia dan terkesan menghamburkan uang rakyat saja.
“Apakah nantinya tidak hanya waktu sekejap saja kembali hancur lagi badan jalan yang digadang- gadang resmikan itu. Karena selain kwalitas pengerjaannya tahun kemarin diragukan juga dengan pengaruh kebebasan angkutan ratusan truk odol batubara, kayu dan CPO yang mempercepat ruas jalan provinsi itu rusak lagi, dan berujung pada kesiasiaan saja”, kesal Hatta
Hatta dengan kecewa dimana lemahnya pemerintah provinsi dalam menerapkan peraturan lalu lintas perhubungan kepada pelaku jasa usaha angkutan truk batubara, CPO dan kayu yang semena-mena over kapasitas dan menghancurkan jalan sehingga hak kenyamanan ribuan penduduk warga pengguna jalan raya dicuri hilang oleh pelaku usaha angkutan karena ada rongga melawan hukum perhubungan bagi pelaku usaha oleh pemrov Riau yang berwenang.
“Ini dana pembangunan jalan provinsi adalah berasal dari uang semua rakyat, hanya habis terkuras dipergunakan untuk kepentingan pelaku usaha angkutan Odol batubara. Rakyat cilik yang juga di pajak negara hanya mendambakan bisa merasakan kenyamanan dikala melintas di jalan provinsi milik negara itu pun terusik akibat jalan yang rusak setiap waktu”, jelas Hatta
Diakhir Hatta mengusulkan kepada Syamsuar agar akses khusus jalan batubara sesegera mungkin dibangun dari lokasi eksploitasi tambang batubara dari Peranap menuju Kwala Cenaku sebagai lokasi penumpukan (Stockpile) dengan mempergunakan rute akses jalur lintas selatan, Pangkalan Kasai, Kelesa dan jalan poros PT KAT (DPN Group) langsung ke titik akhir Kwala Cinaku, dan bebas dari kemacetan dan ancaman rusak jalan di padam pemukiman penduduk, tutup Hatta (Tamb)